Persaingan pasar bebas sebentar lagi dimulai. Indonesia sebagai salah
satu negara yang tergabung di ASEAN harus segera mengatur strategi
untuk menghadapi pasar bebas serta mempersiapkan diri menuju ASEAN
Champions. Setidaknya bukan hanya untuk Indonesia saja yang harus
mempersiapkan diri.
Senin (9/12/2013) berlokasi di Financial Club Jakarta, AT. Kearney dan JWT konsultan marketing communication brands dunia menggelar diskusi dan seminar yang dihadiri oleh sejumlah CEO perusahaan Asean bertajuk Countdown 2015: Creating ASEAN Champions.
Lulut Asmoro, CEO JWT Jakarta, berujar perusahaan ASEAN perlu
memetakan, mengatur strategi untuk meningkatkan laju pemasaran dan siap
bersaing dengan ASEAN Economic Community (AEC). “Perusahaan Asia
Tenggara perlu membuat startegi baik itu untuk regional, dan mulai
berinvestasi lebih banyak paling tidak dalam branding market dahulu, dua
tahun waktu yang cukup bagi mereka yang ingin unggul di AEC,”
tambahnya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Brooking Institute, JWT dan A.T Kearney, Asia Tenggara merupakan fondasi dari sebuah era baru. Dalam dua tahun ini, AEC mulai memberlakukan dan membentuk pasar bebas yang berbasis produksi tunggal dengan memiliki barang, jasa, investasi dan tenaga kerja terampil. Jumlah populasi masyarakt di ASEAN diproyeksikan mencapai lebih dari 650 juta pada tahun 2020, dengan setengah pekerjanya di bawah usia 30 tahun.
Pada tahun 2030, 51% dari populasi ini (tidak termasuk Myanmar, Laos dan Brunei) akan masuk dalam kategori kelas menengah, dimana akan banyak pemain muda baru dan optimistis mereka untuk mencapai target konsumen dunia.
AT Kearney dan JWT juga melakukan survei mendalam dan mewawancarai para pemimpin eksukutif perusahaan yang menjadi kunci bisnis dan strateginya dalam menghadapi AEC ini. Survei yang dilakukan melibatkan 50 pemimpin perusahaan domestik Asia Tenggara. 60% mengatakan berencana untuk membuka pasar baru, akan memperluas portofolio merek dan produk, memperluas usaha untuk menghadapi kompetitor. Sedang sisanya 40% nya akan menciptakan merek baru atau lini produk baru dan akan meningkatkannya nanti setelah AEC 201 berlangsung.
Dari survei yang dilakukan, ditemukan fakta bahwa banyak perusahaan yang kurang berinvestasi dalam membangun sebuah brand. Hampir 40% perusahaan dengan pendapatan hingga 100 juta dolar mengakui bahwa mereka kurang dalam hal memperkenalkan sebuah brand. Bahkan sepertiganya malah berencana untuk memikirkan kembali strategi baru untuk menghadapi pasar.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Lulut Amoro berujar, Indonesia sudah cukup baik namun tetap harus melihat apa yang konsumen inginkan, antara sebuah brand dan produknya saling berkesinambungan. “Sudah waktunya perusahaan Indonesia keluar dari komoditas, menaikkan kurva nilai , dan membuat hubungan jangka panjang dengan konsumen melalui merek mereka” tutupnya. (EVA)
Sumber : http://swa.co.id/business-strategy/menuju-asean-champions-dan-aec-2015-siapkah-market-indonesia
Senin (9/12/2013) berlokasi di Financial Club Jakarta, AT. Kearney dan JWT konsultan marketing communication brands dunia menggelar diskusi dan seminar yang dihadiri oleh sejumlah CEO perusahaan Asean bertajuk Countdown 2015: Creating ASEAN Champions.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Brooking Institute, JWT dan A.T Kearney, Asia Tenggara merupakan fondasi dari sebuah era baru. Dalam dua tahun ini, AEC mulai memberlakukan dan membentuk pasar bebas yang berbasis produksi tunggal dengan memiliki barang, jasa, investasi dan tenaga kerja terampil. Jumlah populasi masyarakt di ASEAN diproyeksikan mencapai lebih dari 650 juta pada tahun 2020, dengan setengah pekerjanya di bawah usia 30 tahun.
Pada tahun 2030, 51% dari populasi ini (tidak termasuk Myanmar, Laos dan Brunei) akan masuk dalam kategori kelas menengah, dimana akan banyak pemain muda baru dan optimistis mereka untuk mencapai target konsumen dunia.
AT Kearney dan JWT juga melakukan survei mendalam dan mewawancarai para pemimpin eksukutif perusahaan yang menjadi kunci bisnis dan strateginya dalam menghadapi AEC ini. Survei yang dilakukan melibatkan 50 pemimpin perusahaan domestik Asia Tenggara. 60% mengatakan berencana untuk membuka pasar baru, akan memperluas portofolio merek dan produk, memperluas usaha untuk menghadapi kompetitor. Sedang sisanya 40% nya akan menciptakan merek baru atau lini produk baru dan akan meningkatkannya nanti setelah AEC 201 berlangsung.
Dari survei yang dilakukan, ditemukan fakta bahwa banyak perusahaan yang kurang berinvestasi dalam membangun sebuah brand. Hampir 40% perusahaan dengan pendapatan hingga 100 juta dolar mengakui bahwa mereka kurang dalam hal memperkenalkan sebuah brand. Bahkan sepertiganya malah berencana untuk memikirkan kembali strategi baru untuk menghadapi pasar.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Lulut Amoro berujar, Indonesia sudah cukup baik namun tetap harus melihat apa yang konsumen inginkan, antara sebuah brand dan produknya saling berkesinambungan. “Sudah waktunya perusahaan Indonesia keluar dari komoditas, menaikkan kurva nilai , dan membuat hubungan jangka panjang dengan konsumen melalui merek mereka” tutupnya. (EVA)
Sumber : http://swa.co.id/business-strategy/menuju-asean-champions-dan-aec-2015-siapkah-market-indonesia
Anda sedang membaca artikel tentang Menuju Era Baru ASEAN Champions Dan AEC 2015, Siapkah Indonesia? dan anda bisa menemukan artikel Menuju Era Baru ASEAN Champions Dan AEC 2015, Siapkah Indonesia? ini dengan url https://dwiwahyufebrianto.blogspot.com/2014/09/menuju-era-baru-asean-champions-dan-aec.html, Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Menuju Era Baru ASEAN Champions Dan AEC 2015, Siapkah Indonesia? ini sangat bermanfaat bagi teman-teman Anda, namun jangan lupa untuk meletakkan link postingan Menuju Era Baru ASEAN Champions Dan AEC 2015, Siapkah Indonesia? sebagai sumbernya.
0 komentar:
Posting Komentar