Judul Buku : Pelangi Melbourne, Dua Dunia satu Cinta
Penulis : Zuhairi Misrawi
Penerbit : Penerbit Buku Kompas, Jakarta
Cetakan : I, Januari 2011
Tebal : viii + 552 halaman
ISBN : 978 - 979 - 709 - 543 - 7
Penulis : Zuhairi Misrawi
Penerbit : Penerbit Buku Kompas, Jakarta
Cetakan : I, Januari 2011
Tebal : viii + 552 halaman
ISBN : 978 - 979 - 709 - 543 - 7
Bagaimana rasanya menjatuhkan pilihan sikap "berbeda" dari mayoritas justru dianggap sebagai hal tabu? Bagaimana pula rasanya dua anak manusia yang berbeda Negara, budaya, dan agama justru memilih bersatu atas nama cinta? Apa kata dunia bila dua hal yang sebenarnya kontras, justru menjadi indah? Disinilah, Zuihairi Misrawi coba mendobrak status kemapanan yang dianggap sensitif khlayak.
Dalam novel yang berjudul Pelangi Melbourne, Dua Dunia Satu Cinta, Gus Mis-sapaan akrab Zuhairi Misrawi- coba menghadirkan isu "terlarang" ihwal kisah dua anak manusia yang berlatarbelakang beda Negara, agama, dan budaya, tetapi berkat keteguhannya mereka diikat dengan satu cinta.
Dikisahkan, Zaki, anak pesantren yang baru saja lulus S1 di sebuah Perguruan Tinggi Islam Jakarta, sedang mengikuti short course bahasa Inggris di Hawtorn Australia selama enam bulan. Pada masa permulaan kursus, hidup Zaki selalu dalam keterasingan, karena ia hidup sebatang kara dan jauh dari sanak keluarga. Hari-harinya selalu disibukkan dengan aktivitas belajar bahasa Inggris, baik di Homestay maupun di tempat kursusnya Hawtorn. Karena, ia memiliki cita-cita ingin sukses dalam meraih beasiswa S2 selepas kursus dari Hawtorn.
Seiring berjalannya waktu, hidup Zaki pun mulai “bertabur cinta” setelah pertemuannya dengan Diana Lee, gadis cantik beragama katolik asal Korea Selatan, yang mencuri hatinya bulat-bulat di negeri Kanguru. Hari berganti hari, Zaki pun tak kuasa menahan dahsyatnya benih cinta yang ditaburkan pada Diana. Rasa saling ketertarikan antara keduanya pun tak bisa dielakkan lagi. Zaki tertarik pada Diana, karena kecerdasannya dalam mengutarakan argumentasi yang logis dan berbasis toleransi, sementara Diana tertarik pada Zaki, karena dalam menyikapi pebagai persoalan hidup, Zaki selalu mengedepankan dialog (musyawarah). Sehingga, di setiap mengambil keputusan pun selalu tepat dan tak terkesan terburu-buru.
Singkat cerita, rasa simpati dan saling cinta di antara keduanya pun tak bisa dihindarkan lagi. Meski mereka berbeda Negara, agama, dan budaya, Toh akhirnya Zaki mempersunting Diana atas dasar cinta damai. Mereka pun memilih Jerussalem sebagai kota tempat berbulan madu, karena tempat ini merupakan kota perdamaian yang menyimpan pelbagai kenangan, kharisma, dan aura keindahan umat agama-agama samawi, yakni Islam, Yahudi, dan Nasrani (hal 531).
Cinta Konstruktif dan Destruktif
Bagi mayoritas umat agama-agama, kisah percintaan Zaki dan Diana bisa jadi merupakan isu tabu untuk diperbincangkan dalam ranah publik, mengingat mereka berdua berlatarbelakang dari Negara, agama, ras, dan budaya yang berbeda. Namun, toh akhirnya kisah cinta mereka mampu menghadirkan "pelangi" romantis dan harmonis dalam hubungannya.
Diakui atau tidak, dalam konteks relasi internasional sekarang ini, pelbagai perbedaan identitas negara, agama, budaya, dan ras merupakan keniscayaan yang tak bisa dielakkan lagi, karena setiap orang pasti memiliki paradigma dan tujuan yang berbeda dalam menjalani kehidupan. Namun, persoalannya, sudahkah setiap perbedaan tersebut merajut toleransi dan perdamaian?
Novel ini hendak mematahkan asumsi bahwa toleransi dan perdamaian ternyata tak selamanya bisa terwujud dalam komunitas yang sama negara, agama, dan budaya masyarakat setempat. Namun, berbekal dengan segenp perbedaan identitas negara, agama, dan budaya ternyata toleransi dan perdamaian pun dapat juga terwujud dikomunitas tertentu.
Selain itu, lewat novel ini Gus Mis ingin berpesan bahwa cinta manusia pada pasangannya yang hakiki sebenarnya bukan terletak pada cinta berbasis nafsu dan hasrat memiliki, namun lebih pada cinta konstruktif, cinta yang mampu membangun kesadaran pecintanya untuk dapat menggapai cita-cita positif. Sehingga, cinta yang konstruktif akan melahirkan insan produktif dan dinamis, sementara cinta yang destruktif justru melahirkan insan yang pasif dan statis.
Cinta yang konstruktif terbukti pada kisah asmara Zaki-Diana, di mana mereka berdua mampu mewujudkan cita-citanya dengan memperoleh beasiswa S2 dan S3 di Universitas Melbourne selepas kursus dari Hawtorn, dan hubungannya pun langgeng hingga pada tahap pernikahan. Sebaliknya, cinta yang destruktif justru didapat pasangan Ahmad dan Raudha. Meskipun mereka berasal dari negara, agama, dan budaya yang sama. Namun cita-citanya untuk menjadi sepasang suami-istri harus kandas ditengah jalan, lantaran berbeda klan yang masih rawan konflik turun-temurun.
Hemat saya, novel ini sungguh "berani" dalam mendobrak status kemapanan agama yang telah pakem dan dianggap konservatif. Sehingga, misi agama yang seharusnya menjadi alat pemersatu perdamaian antar-ras, antaragama, antarbangsa, dan antarbudaya, alih-alih justru menjadi pemicu timbulnya konflik antarras, antaragama, antarnegara. Sungguh sangat disayangkan!
Selain itu, lewat novel ini, Gus Mis telah sukses mengubah citra Australia –representasi Negara Barat- yang konon diklaim sebagai negara sekuler, pemicu konflik, dan anti perdamaian, seketika asumsi tersebut ‘bubar’ dengan kehadiran novel ini. Akhirnya, Gus Mis menyulap Melborne sebagai negara ideal dalam merajut toleransi dan perdamaian. Inilah yang dinyatakan Gus Mis sebagai Sabda Cinta Melbourne.
Peresensi adalah Ammar Machmud, alumnus IAIN Walisongo Semarang
sumber : http://suar.okezone.com/read/2011/09/23/285/506187/285/sabda-cinta-melbourne
Anda sedang membaca artikel tentang Sabda Cinta Melbourne dan anda bisa menemukan artikel Sabda Cinta Melbourne ini dengan url https://dwiwahyufebrianto.blogspot.com/2011/10/sabda-cinta-melbourne.html, Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Sabda Cinta Melbourne ini sangat bermanfaat bagi teman-teman Anda, namun jangan lupa untuk meletakkan link postingan Sabda Cinta Melbourne sebagai sumbernya.
0 komentar:
Posting Komentar