
Judul : Revolusi Mesir Revolusi Rakyat
Penulis : David Akhmad Ricardo
Penerbit : Arus Timur, Makassar
Tahun : I, April 2011
Tebal : 152 halaman
Penulis : David Akhmad Ricardo
Penerbit : Arus Timur, Makassar
Tahun : I, April 2011
Tebal : 152 halaman
Manusia yang mempunyai kekuasaan cenderung menyalahgunakannya, apalagi kalau kekuasaan itu absolut. Apa yang terjadi di Mesir, kepemimpinan Presiden Muhamed Hosni Said Mubarok, menjadi bukti rezim diktator, otoriter, antidemokrasi dan harmoni kepentingan status quo. Mubarok menjabat presiden Mesir selama lima periode, sejak 14 Oktober 1981 setelah pembunuhan Presiden Mohammed Anwar el-Sadat, hingga 11 Februari 2011.
Kekuasaan di Mesir diatur dengan sistem semipresidensial multipartai. Secara teoritis, kekuasaan eksekutif dibagi antara presiden dan perdana menteri, namun yang terjadi kekuasaan terpusat pada presiden. Mesir yang mulanya mengadakan pemilu presiden dengan sistem parlemen multipartai, pada tahun 2005 Mubarok mengubahnya dengan sistem multikandidat. Lagi-lagi aturan ini dibatasi oleh Mubarok, sehingga beberapa nama seperti Ayman Nour tak bisa bersaing dalam pemilihan dan akhirnya Mubarok kembali menjadi presiden kelima kalinya.
Dalam waktu yang cepat dan tepat, buku ini hadir untuk memicu keingintahuan publik akan perjalanan revolusi Mesir, sebuah revolusi terbesar sepanjang abad ini. Sungguh mengejutkan, pergolakan itu terjadi secara tiba-tiba, cepat dan diluar dugaan. Jutaan rakyat Mesir yang selama ini tertindas dan hidup dalam garis kemiskinan, bangkit dengan kemarahan untuk satu tujuan: Husni Mobarok dan rezimnya harus tumbang. Luar biasa, hal itu terbukti.
David Ahmad Ricardo dengan detail mengurai akan detik-detik kronologis menjelang runtuhnya rezim Mubarok yang telah berkuasa selama 30 puluh tahun. Hanya dalam 18 hari, sejak 25 Januari sampai 12 Februari rakyat turun jalan menggelar demonstrasi. Membludaknya para demonstran massa di Tahrir Square, memperlihatkan akan kejenuhan rakyat yang menginginkan pemimpin baru. Apalogi Mubarok yang ingin menggelar pemilu presiden pada September 2011 dengan janji akan mengubah konstitusi, terabaikan oleh keinginan kuat demonstran agar mundur secepatnya. Puncaknya, wakil Presiden Omar Suleiman mengumumkan mundurnya Mubarok melalui televisi nasional Mesir dan menyerahkan kekuasaannya pada militer.
Menariknya, buku ini berhasil melacak kepergian Mubarok pascamundurnya dari kursi presiden. Mubarok terdeteksi mengantongi banyak uang negara dari hasil korupsinya. Kekayaan Mubarok tidak hanya USD40 miliar tapi mencapai USD70 miliar. Aset kekayaan Mubarok tersebar di London, Singapura dan Dubai. Ia juga memiliki harta di Amerika Serikat dan Swiss.
Buku ini secara gamblang membaca perjalanan revolusi Mesir dengan kesimpulan bahwa pergolakan politik Mesir adalah akumulasi dari kekecewaan rakyat yang selama puluhan tahun dicekoki, dikekang dan dikerangkeng dalam rezim digdaya. Akumulasi kekecewaan itu adalah paralel dari krisis politik di Tunisia sehingga rakyat Mesir menemukan momentum untuk menggulingkan Mubarok.
Wildani Hefni, Pengelola Rumah Baca PesMa Darun Najah IAIN Walisongo Semarang
sumber : http://suar.okezone.com/read/2011/09/21/285/505135/285/membaca-revolusi-mesir

Anda sedang membaca artikel tentang Membaca Revolusi Mesir dan anda bisa menemukan artikel Membaca Revolusi Mesir ini dengan url http://dwiwahyufebrianto.blogspot.com/2011/10/membaca-revolusi-mesir.html, Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Membaca Revolusi Mesir ini sangat bermanfaat bagi teman-teman Anda, namun jangan lupa untuk meletakkan link postingan Membaca Revolusi Mesir sebagai sumbernya.
0 komentar:
Posting Komentar