Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Negosiator Lingkungan Indonesia

Written By peb bryant on Kamis, 11 Agustus 2011 | 07.58

Judul Buku : Rachmat Witoelar dan Perubahan Iklim
Penulis    : Wisnu Nugroho
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Tahun : 1, Mei 2011
Tebal : xii + 256 halaman

Barangkali tak setiap orang mengenal nama Rachmat Witoelar. Ya, memang dia bukanlah orang terkenal, sepopuler presiden kita. Namun, jangan dikira, ia jauh lebih terkenal dan popular di luar negeri paska keberhasilannya menjadi presiden COP 13/ CMP 3 di Bali, walhasil dari hasil kepemimpinannya itu ditoreh kesepakatan Bali Road Map—kesepakatan Negara-negara di bumi bekerjasama menyelamatkan dunia global dari ancaman kemusnahannya oleh perilaku dan perbuatan manusia sendiri.

Mengelola rapat besar COP/CMP adalah tugas besar, karena dalam pagelarannya seringkali terjadi dead lock (mati langkah) dan chaos (kekacauan) di tengah sidang—tak selalu menuai hasil kesepakatan. Karena, noktah kesepahaman selalu hadir didahului oleh ketegangan perdebatan kepentingan dua kubu besar Negara maju (dipelopori Uni Eropa dan AS) dan berkembang (acap diwakili China dan India). Namun, ketika COP 13/ CMP 3 di Bali bergulir, Rachmat mampu menjadi negosiator ulung khas Indonesia yang menawarkan jalan tengah yang solutif, hingga akhir sidang mengeluarkan petisi yang dalam buku diwakili judul “Bali Bela Bumi”.

Didahului dengan terpilihnya Rachmat sebagai Menteri Lingkungan Hidup NKRI (2004-2009), kepeduliannya terhadap lingkungan nusantara pun semakin terasah. Apalagi dijalankan sebagai amanat yang memang semestinya menjadi tanggung jawab besar. Tak pelak, ia semisal Emil Salim, yang juga mantan menteri lingkungan hidup, acap merenung dengan ketimpangan ekologis yang jauh dari harapan di bumi nusantara. Buku berjudul “Rachmat Witoelar dan Perubahan Iklim” secara eksplisit, mengurai peran rachmat sebagai menteri dengan agenda berbau wacana dan praksis kepedulian lingkungan hidup Indonesia, terutama menyoroti peranan penting dirinya dalam berjalannya sidang COP/CMP. Namun, secara implisit juga menyoroti hal-hal yang sebenarnya tak penting menjadi sorotan utama dan yang terpenting.

Inilah ciri khas yang selalu dibawa oleh Wisnu dalam karya-karya sebelumnya “Tetralogi SBY” dan “Kalla dan Presidennya”. Namun, tanpa ada maksud politis tertentu, bukunya memang selalu hadir dari kegelisahannya selama menjadi wartawan Kompas yang khusus meliput sekeliling istana kepresidenan. Bagi saya bukunya kali ini menghadirkan cita rasa yang melulu sama dari ekspektasi kepenulisan ala Wisnu, ia dengan santai menjadikan setiap ranah tak terliput, menjadi buah pikiran reportase yang bernas.

Selain reportase aktual yang disajikan, dalam buku ini pastinya pembaca siap mendapat gurauan segar yang diselidik Wisnu. Semisal dalam judul “Ngemut Coklat”, diceritakan sewaktu begitu laparnya Rachmat memimpin persidangan nonstop 10 jam, tak ayal ia menoleh kebelakang dan meminta makanan kecil, begitu yang ada adalah coklat, tanpa basa-basi langsung disantap Rachmat ditengah sidang COP 13/ CMP 3 Bali yang tengah sengit berjalan. Setelah paripurna, Rachmat langsung ditegur oleh ibu Negara yang melihatnya di CCTV ngemut coklat saat itu. Namun, ditanggapi dengan gurauan, “waduh ketahuan ya Bu… Abis lapar berat, dari siang belum makan,” ujar Rachmat (hlm. 25).

Perubahan iklim yang menjadi buah bibir penduduk bumi belakangan memang sangat menimbulkan banyak keresahan dan kegelisahan. Disini, ada gonjang-ganjing apakah benar kemusnahan bumi akan lamat-lamat terjadi bila tak segera diselamatkan. Tak pelak, dari sini banyak nurani manusia terpanggil, termasuk Rachmat Witoelar yang sudah berperan menjadi negosiator lingkungan Indonesia di tingkat internasional, selain dalam dirinya berusaha selalu bertanggung jawab atas usaha pemulihan lingkungan sekitar. Tak usah muluk-muluk, bila setiap manusia sadar lingkungan bumi kita, dengan rumus 3 M-nya AA Gym, mulai dari diri sendiri, siapa lagi kalau bukan kita, karena kitalah yang tinggal di bumi; mulai dari hal terkecil semisal membuang sampah pada tempatnya, menanam dan merawat tumbuhan hijau disekeliling kita; dan mulai dari sekarang juga, kita mesti bertindak menyelamatkan bumi kita saat ini juga  sebelum semuanya terlambat. Begitu.

Peresensi Adalah Muhammad Bagus Irawan, pemerhati lingkungan hidup asal Jepara.
Tolong dibaca terlebih dahulu !

Anda sedang membaca artikel tentang Negosiator Lingkungan Indonesia dan anda bisa menemukan artikel Negosiator Lingkungan Indonesia ini dengan url http://dwiwahyufebrianto.blogspot.com/2011/08/negosiator-lingkungan-indonesia.html, Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Negosiator Lingkungan Indonesia ini sangat bermanfaat bagi teman-teman Anda, namun jangan lupa untuk meletakkan link postingan Negosiator Lingkungan Indonesia sebagai sumbernya.

0 komentar:

Posting Komentar