
Judul Buku : Belahan jiwa, memoar kasih Sayang Percintaan Rosihan Anwar dan Zuraida Sanawi
Penulis : Rosihan Anwar
Penerbit : Penerbit Buku Kompas, Jakarta
Tahun : 1, April 2011
Tebal : xxxiv + 234 halaman
Harga : Rp59.000,-
Penulis : Rosihan Anwar
Penerbit : Penerbit Buku Kompas, Jakarta
Tahun : 1, April 2011
Tebal : xxxiv + 234 halaman
Harga : Rp59.000,-
Kisah percintaan antara dua manusia memang menjadikan gelora yang indah bila dipelihara baik. Sepasang kekasih akan selalu abadi bila saling menyayangi dan setia kapan, di mana, dan bagaimanapun keduanya berada. Mungkin, inilah sajian kata yang kurang lebih menandakan jalinan kasih yang teruntai apik, penuh rona, dan drama, lewat gubahan memoar kasih sayang percintaan antara Rosihan Anwar, sang jurnalis tiga zaman, dengan sang istri Zuraida Sanawi ini. Disini, Rosihan, penulis juga sang aktor, mempersembahkan memoar ini tak lain demi wujud rasa cintanya pada sang istri terkasih yang telah menemani dan saling berbagi selama 32 tahun dalam susah dan duka.
Buku ini semisal buku “Habibie dan Ainun” (2010) dan sederet buku rekaman kisah kasih para tokoh yang ditulis sendiri atau orang lain, namun memoar Rosihan kali ini dituang dengan bahasa jurnalis kental, tak hanya memotret jalinan kisah kasihnya, namun juga merekam segala sejarah pergerakan kemerdekaan Negara Indonesia dengan ketelitian data yang dimiliki. Dalam hal ini, Rosihan memang tak diragukan lagi menyandarkan kehidupannya ke dalam dunia kewartawanan. Barangkali, pilihan hidup ini tak berjalan mulus bila tak didukung sepenuhnya oleh sang belahan jiwa, Siti Zuraida Sanawi.
Memoar ini dibuka dengan alur terbalik, tatkala Ida di usia senjanya dirawat di rumah sakit. Dilanjut ingatan yang lampau di tahun 1942 saat pertama kali Rosihan bertatap muka dengan Ida di Kantor Redaksi Koran Asia Raya. Rosihan sebenarnya lalai mengapa dia begitu tertarik dengan Ida, padahal sebelumnya ia telah berjalan bersama gadis-gadis rekanannya sewaktu main pentas dan bekerja sebagai wartawan. Mungkin sudah jodoh dan tak akan kemana. Diceritakan bila benih cinta keduanya terus menumbuh dengan kiriman surat demi surat diantara keduanya, saat itu Rosihan di Jakarta dan Ida pindah di Yogyakarta karena rumah keluarga Sanawi di Jakarta dirampas oleh tentara NICA.
Rosihan dan Ida menjadi penanda keterungkapan suatu alur sejarah kemerdekaan tersendiri. Rosihan menuangkan kisahnya menjadi penegak semangat tulisnya, hal yang patut menjadi bahan pembelajaran generasi saat ini. Saat kehidupan rumah tangga mendapat bertalu coba dan krisis, selalu dihabiskan dengan simpul senyum saling berkorban dalam rasa pengertian. Banyak gado-gado cerita yang ditulis, begitupun cerita haru tatkala Rosihan harus menghadapi kenyataan berpisah dengan Ida, “Papa, Mama sudah pergi”, kata putrinya.
Bagi saya, buku ini bak sandaran pertautan hati yang layak dikenang. Buku perpisahan Rosihan ini menjadi penanda kisah keduanya yang begitu romantis. Saya percaya sekarang Rosihan Anwar dan Siti Zuraida telah berkumpul kembali merajut kembali kisah cintanya di alam yang indah disana. Buku ini menawarkan bagaimana etika berhubungan tempo dulu yang begitu kaku namun beradab dan penuh romantisme. Nampaknya, generasi muda patut mencontoh bagaimana roantisme cinta yang baik, tak sembrono berhubungan seperti zaman sekarang yang tereduksi globalisasi, dengan maraknya pergaulan bebas dan kasus hamil diluar nikah yang sangat merugikan. Itikad baik buku ini memang akan selalu dikenang dan merajuk pada pertalian sejarah perjuangan era kemerdekaan.
Muhammad Bagus Irawan
Pegiat Jepara Pena Club, mahasiswa FUPK IAIN Walisongo Semarang

Anda sedang membaca artikel tentang Kisah Kasih Jurnalis 3 Zaman dan anda bisa menemukan artikel Kisah Kasih Jurnalis 3 Zaman ini dengan url http://dwiwahyufebrianto.blogspot.com/2011/08/kisah-kasih-jurnalis-3-zaman.html, Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Kisah Kasih Jurnalis 3 Zaman ini sangat bermanfaat bagi teman-teman Anda, namun jangan lupa untuk meletakkan link postingan Kisah Kasih Jurnalis 3 Zaman sebagai sumbernya.
0 komentar:
Posting Komentar